Rabu, 29 Juli 2015

USUS DIPOTONG AKIBAT KEBANYKAN MAKAN MI INSTAN

Maksud hati untuk menolong suami menambah pendapatan, apa daya anak menjadi korban. Akibat kerap meninggalkan buah hatinya, Hilal Aljajira (6),ibunya Erna Sutika (32) sekarang ini mesti menelan pil pahit. Usus Hilal bocor dan membusuk sampai harus dipotong. Rupanya tiap hari Hilal cuma menyantap mi instan lantaran di rumah tiada orang yang memasakkan makanan untuknya.


Berikut narasi Erna.
Disaat umur Hilal menginjak 2 tahun, saya memutuskan bekerja, menolong keuangan keluarga mengingat bayaran suamiku, Saripudin (39), kurang mencukupi kepentingan keluarga.

Saya bekerja di perusahaan produsen bulu mata palsu, tidak jauh dari rumah kami di Garut. Tiap-tiap pergi kerja, Hilal kutitipkan terhadap ibuku. Di situ, ibuku kerap memberinya mi instan. Bukan salah ibuku, sih, lantaran diawal mulanya, saya pun senang memberinya makanan itu seandainya sedang tak masak.

Nyata-nyatanya, Hilal menjadi “tergila-gila” makanan itu. Beliau dapat mengamuk & berhenti makan apabila tidak dikasih mi instan. Ya, daripada cucunya kelaparan, ibuku hasilnya cuma mengalah & menuruti keinginan Hilal. Lagi pun, apabila tak dikasih, Hilal tentu bakal membeli sendiri mi instan di warung dekat rumah bersama duit jajan yg kuberikan. Praktis, sehari dua kali beliau makan mi instan. 



Dua kali dipotong 
Hilal mengeluh sakit perut. Kupikir sakit biasa. Anehnya, sesudah tiga hari, sakitnya tidak kunjung hilang dan ditambah beliau tak mampu buang air besa (bab). Gara-gara itulah perutnya membesar.

Khawatir, kubawa Hilal ke mantri dekat rumah. Dikarenakan masih tak ada perubahan, kami seterusnya membawanya ke RSU Dr Slamet, Garut. Nyatanya hasil sensor dokter lebih menyeramkan dari yg kuduga. Kupikir, lumayan bersama obat pencahar perut, sakit Hilal dapat serta-merta sembuh. Rupanya tidak segampang itu.

Hasil tes darah dan rontgen memperlihatkan, Hilal mesti dioperasi lantaran sekian banyak bidang di ususnya bocor dan membusuk. Waktu kutanyakan apa penyebabnya, dokter menjawab, akibat dari kandungan makanan yg Hilal mengonsumsi sampai kini tak sehat dan menciptakan ususnya rusak. Kala itulah kutahu Hilal terlampaui tidak jarang menyantap mi instan. Astagfirullah….
Atas rujukan dokter, kami setelah itu mengambil Hilal ke RS Hasan Sadikin, Bandung, bersama argumen peralatan medis di RS itu lebih komplit. Sejak awal, tim dokter telah pesimistis bersama keadaan Hilal yg demikian memprihatinkan bersama berat tubuh yg tak hingga 11 kg. Dokter serta bilang, dari puluhan kasus mirip, cuma tiga orang yang bisa bertahan hidup. Saya cuma mampu berserah kepada Allah SWT.

Hilal pun diopperasi. Ketika itu saya sedang hamil tiga bulan. Dokter mengamputasi usus Hilal seputar 10 senti meter. Utk menghimpun sektor usus yg terputus itu, dokter menyambungnya bersama usus sintetis. diluar itu, dokter pun menciptakan lubang anus sementara (kolostomi) di dinding perut sebelah kanan.

Utang belum lunas
Nyata-nyatanya cobaan kami belum mogok hingga di situ. Tiga hari setelah dioperasi, dokter menemukan masih ada sektor usus yg bocor. Ingin tak ingin, Hilal mesti kembali naik ke meja operasi dan merelakan sebahagian ususnya lagi.

Terang, saya dan suami amat mau Hilal sembuh. Tapi, di segi lain, penghasilanku juga sebagai buruh tidaklah seberapa. Tiap-tiap bln, saya cuma mampu mengambil pulang duit Rupiah 250.000 atau Rupiah 300.000 apabila lembur. Adapun suamiku penghasilannya tak sempat menentu. Maklum, dia cuma kuli kasar di pabrik tahu di Bandung.

Sejak Hilal jatuh sakit, saya memutuskan mogok bekerja. Alhasil, suamiku mesti banting tulang mengerjakan tugas apa serta asal membuahkan duit. Kendati telah bekerja demikian keras, rasanya sia-sia saja. Anggaran operasi Hilal yg mencapai Rupiah 16 juta terasa demikian akbar dan entah kapan sanggup dilunasi. Lebih-lebih, kami cuma punyai kala 10 hari utk melunasinya. Untung pihak rumah sakit berbaik hati berikan kelonggaran diwaktu dua hari maka kami sehingga ada kesempatan meminjam duit ke sekian banyak keluarga dan tetangga.

Demi kesembuhan Hilal serta, kami mesti lebih berhemat. Rumah kontrakan kami tinggalkan dan kami menumpang di rumah orangtuaku. Sebenarnya duit kontrakan rumah itu tak terlampaui gede, cuma Rupiah 300.000 per th, tetapi masih saja duit segede itu teramat berarti buat anggaran pengobatan Hilal.

Kata dokter, kolostomi di perut Hilal telah sanggup ditutup sesudah tiga bln. Tetapi, baru sesudah delapan bln selanjutnya, operasi penutupan dilakukan. Terlebih bila bukan masalah anggaran. Itu pula mampu dilakukan dikarenakan kami bakal pertolongan dari suatu stasiun tv swasta senilai Rp 14 juta.

Soal utang ke keluarga dan tetangga senilai Rp 16 juta, entah kapan mampu kami selesaikan. Kepalaku menjadi tambah pening jika mengingat, sebentar lagi si sulung, Panda Erdini (11), bakal masuk SMP.

Sejak ususnya yg busuk dipotong, Hilal tak lagi merasakan sakit terhadap sektor ususnya. Celakanya, rasa sakit justru berpindah ke bidang kolostominya. Tiap-tiap kali habis makan, makanan itu tentu serta-merta ke luar lewat lubang anus buatan itu. Disaat itulah dinding perutnya merasakan sakit yg luar biasa. Dia sanggup menangis menjerit-jerit kesakitan.

Belum lagi plastik yg menempel utk menampung feses yg penuh dan mesti ditukar bersama yg baru. Double tape yang tidak jarang kali dilepas dan dipasang menciptakan kulit perutnya iritasi dan perih.

Apabila telah tidak mampu menahan sakitnya, Hilal bakal berujar, “Udah Hilal paeh aja!(Hilal tambah baik mati saja!)” Kadang serta dirinya berteriak minta maaf pada Allah & minta disembuhkan sambil mengatupkan ke-2 tangannya. Kasihan anakku.

Tiap-tiap hri, tatkala delapan bln itu, dirinya cuma menghabiskan waktunya di lokasi tidur. Hilal cuma bisa terjadi sekian banyak menit sebab apabila terlampaui lama dirinya tentu cepat merasakan sakit di sektor kolostominya. Tiap-tiap tengah malam, dia serta mesti tertidur bersama paha diangkat menyentuh ke perutnya. Menurutnya, terasa enak & menolong menahan rasa sakitnya.

Kapok Makan Mi
Biar beliau tak merasa bosan di kamar seharian, saya mengalihkan rasa sakitnya bersama mengajarinya membaca. Awalnya, sih, sekadar membacakan buku-buku narasi untuknya, tetapi lama-kelamaan beliau merasa tertarik utk membaca. Saya dan Panda bergantian mengajarinya. Tak terasa, kini dirinya telah tidak tersendat membaca, lo.

Benar-benar, sebetulnya Hilal anak yg amat pintar dan aktif. Diawal Mulanya beliau tak sempat sakit dan amat sangat penurut. Tapi, sejak kelahiran adiknya dua bln dulu, Ilham Haki, dia jadi lebih manja padaku. Dirinya melarangku menggendong dan menyusui adiknya. Saya, sih, maklum saja dikarenakan ia tetap sakit dan barangkali takut rasa sayangku direbut oleh adiknya.

Waktu Ini Hilal telah mampu berlangsung lagi. Memang Lah, sih, masihlah sedikit bongkok, tetapi saya percaya jangka waktu dekat beliau sanggup berdiri & berlangsung dgn sempurna. Jelasnya, dirinya mau serentak sekolah.

Yg membuatku lega, sejak sakit itu, Hilal trauma dgn mi instan. Bahkan melihatnya saja, beliau seakan tidak sudi. Beda bersama dahulu, saat ini beliau amat gemar konsumsi makanan sehat, seperti sayur, daging, buah, & susu. Susu benar-benar dianjurkan dokter utk menopang memperbaiki keadaan & kinerja ususnya.

Semoga dirinya mampu serentak sembuh dari sakitnya & jadi anak yg pintar pun berprestasi di sekolahnya kelak.  Sebarkanlah berita ini... 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar